*Seperti yang telah diceritakan secara singkat di POST ini.
Berkunjung di Seoul tidak afdol jika belum merasakan sensasi naik gunung berbatu yang bertebaran di kota tak kenal lelah setiap harinya ini. Kota Seoul memang memiliki dataran yang beraneka ragam mulai yang datar di pusat kota sampai dengan bukit-bukit dan pegunungan yang mengisi di pinggir maupun di tengahnya. Hal ini menjadi daya tarik tersendiri bagi saya yang pernah tinggal di kota ini selama tiga tahun. Kota Seoul memiliki sebuah Taman Nasional yang merupakan gugusan gunung Bukhansan yang terletak di sebelah utara istana di pusat kota Seoul. Gunung ini sudah sangat terkenal sejak Korea Selatan masih merupakan jaman kerajaan yang sering muncul sebagai lukisan seniman Korea.
Salah satu bagian dari gugusan gunung ini adalah gunung Inwangsan. Gunung ini terletak tepat di sebelah kiri istana terbesar di Korea Selatan yang bernama Gyeongbokgung di pusat kota Seoul. Dapat dikatakan gunung ini merupakan pelindung bisu istana tersebut. Inwangsan memiliki ketinggian sekitar 338 meter di atas permukaan laut. Tentu ketinggian ini sangat tidak seberapa jika dibandingkan dengan gunung-gunung di Indonesia yang bisa mencapai ribuan meter diatas permukaan laut. Namun gunung ini memiliki keistimewaan tersendiri karena dari gunung ini kita bisa melihat pusat kota Seoul yang dikelilingi oleh gedung-gedung pencakar langit dengan Seoul Tower, istana Gyeongbokgung dan juga istana pemerintahan presiden Korea Selatan sebagai pelengkapnya. Tidak hanya itu, gunung ini merupakan salah satu tempat bersejarah dimana bagian dari Seoul Fortress atau Benteng Seoul berada disini yang mengelilingi dan membatasi lokasi istana-istana kerajaan yang ada di Seoul.
Mendaki gunung di Seoul sangat menarik jika dilakukan pada dua musim yang paling bagus di Korea Selatan yaitu pada musim semi atau musim gugur. Pada kedua musim ini kita dapat melihat keindahan ketika bunga-bunga mulai bermuculan dan juga ketika daun-daun mulai menampakkan warna yang beraneka ragam. Selain itu juga karena temperatur udara yang tidak panas dan tidak dingin sehingga kedua musim tersebut merupakan masa yang paling cocok untuk mendaki gunung khususnya gunung Inwangsan ini. Gunung Inwangsan ini bukan merupakan gunung pertama yang saya daki namun sebelumnya saya sudah beberapa kali naik gunung mulai dari gunung Daedunsan di tengah-tengah negara Korea Selatan yang sangat terkenal dengan warna-warni dedaunan di musim gugur, gunung Buramsan yang berada persis di belakang kampus saya ketika berkuliah di Korea Selatan, dan beberapa gunung lainnya. Gunung Inwangsan ini baru saya daki pada awal musim gugur tahun 2014 yang lalu. Cukup dengan memakai pakaian dan sepatu olahraga serta tas kecil berisi bekal minum dan cemilan, saya berangkat dari tempat tinggal saya di utara Seoul pada pagi hari dengan menggunakan subway yang berada tidak jauh dari tempat tinggal saya. Berwisata di Seoul sangatlah nyaman karena setiap tempat terhubung langsung dengan stasiun-stasiun subway salah satunya jalan menuju gunung Inwangsan ini. Untuk mencapai gunung ini kita dapat menggunakan subway Line 3 yang berwarna jingga dan turun di stasiun Dongnimun exit 2. Setelah keluar dari pintu keluar jalan ke depan sampai menemui sebuah jalan kecil di samping kiri, kita cukup dengan berbelok dan mengikuti papan arah menuju gunung tersebut. Sebenarnya ada tiga buah jalur yang bisa dilewati untuk menuju gunung tersebut namun jalur ini merupakan jalur yang paling gampang dan banyak tempat wisata yang bisa dijadikan bahan foto khususnya untuk para turis yang tidak begitu mengenal kota Seoul secara detail.
Seonbawi Rock yang berbentuk dua orang biksu di dekat Inwangsa Temple
Setelah berbelok ke sebuah jalan kecil di dekat pintu keluar stasiun Dongnimun, jalan mendakipun mulai tampak namun masih dengan jalan aspal yang sangat bagus dikelilingi beberapa apartemen khas Korea. Lima belas menit menyusuri jalan mendaki tersebut akhirnya saya menemukan sebuah temple untuk umat Budha di Seoul yang bernama Inwangsa di Guksadang. Seperti kebanyakan temple-temple yang ada di Korea Selatan, tempat ini memiliki sebuah gerbang dengan tiang berwarna merah dan atap berwarna hitam kecoklatan serta bentuk bangunan terbuat dari kayu dengan atap yang mirip dengan atap istana-istana di Korea. Ternyata posisi gerbang sangatlah unik karena untuk mencapai gerbang kita harus mendaki dengan sudut lebih dari 45 derajat alias lumayan sangat curam. Walaupun hanya beberapa meter, jalan menuju gerbang cukup membuat saya terengah-engah. Setelah mencapai gerbang, jalan menuju bangunan utana lumayan sempit dan lebih landai dibandingkan jalan sebelumnya. Karena saya sampai di tempat tersebut sekitar pukul 8 pagi, tempat tersebut masih sangat sepi hanya terdengar beberapa biksu yangs sedang berdoa di dalam temple utama.
Sebenarnya fokus utama saya menuju tempat tersebut adalah bukan temple nya namun sebuah bebatuan unik dan sakral yang terletak tidal jauh dari bangunan tersebut. Bebatuan yang unik tersebut bernama Seonbawi Rock. Bebatuan ini terdiri dari dua buah batu yang unik yang memiliki bentuk mirip dengan dua orang biksu sehingga dinamakan nama tersebut. Bebatuan ini sering digunakan untuk umat Budha berdoa dan juga khususnya para wanita yang sedang hamil untuk meminta anak laki-laki. Ketika saya sampai disana, tidak ada satu orangpun berada disana, hanya saya seorang, bau dupa khas temple, dan puluhan burung merpati bertengger di puncak bebatuan yang menemani saya sehingga saya dengan bebas membidik foto sebanyak-banyaknya disana.
Setelah puas menikmati keindahan bebatuan tersebut, saya melanjutkan perjalanan menuju puncak gunung. Selama melewati jalur yang mendaki yang lumayan susah karena hanya berupa bebatuan dan tanah, saya tidak bertemu dengan seorangpun sehingga dapat dikatakan saya cukup berdebar-debar mendaki sendirian namun semakin semangat untuk mencapai puncak gunung. Setelah hampir setengah jam, akhirnya saya melihat sekilas dua orang tua yang kemungkinan besar suami istri yang sedang isitirahat di dekat bebatuan besar yang lain. Saya mengira saya sudah sampai di puncak namun saya curiga karena merasa terlalu cepat mencapai puncak. Ternyata tempat tersebut masih setengah perjalanan menuju puncak gunung Inwangsan. Dari tempat tersebut pusat kota Seoul dengan bangunan pencakar langitnya mulai terlihat. Setelah pas berfoto, akhirnya saya melanjutkan perjalanan dan untuk pertama kalinya saya menemukan bangunan bersejarah Seoul Fortress. Mulai dari sini saya bertemu dengan banyak pendaki yang juga ingin mencapai puncak gunung. Setelah saya amati ternyata jalur yang saya lalui tidak begitu populer untuk para pendaki orang Korea. Namun jalur yang saya lalui sangat cocok digunakan untuk para turis yang ingin mendapatkan pemandangan yang unik. Mulai dari posisi ini, di sepanjang perjalanan jalan mendaki yang saya lalui selalu ditemani oleh benteng sampai mencapai puncak gunung.
Papan pengumuman larangan mengambil foto ke arah istana presiden Korea
Selama menyusuri jalan mendaki dengan pemandangan benteng di samping saya, saya menemukan beberapa bangunan kecil seperti pos pemantauan. Saya mengira pos ini khusus untuk para pendaki yang ingin melihat pemadangan di sekitar gunung namun setelah saya amati di dalam pos tersebut terdapat seorang tentara lengkap dengan helm dan senjatanya. Dari sini saya sadar bahwa pos ini ternyata digunakan untuk melindungi istana presiden Korea Selatan dari gangguan-gangguan yang tidak diinginkan. Hampir di sepanjang perjalanan, saya menemui pos ini untuk setiap 100 meter. Ternyata ada juga pantangan bagi para pendaki yang ingin mengambil foto ke arah kota Seoul. Dari papan pengumuman dituliskan bahwa kita boleh mengambil foto ke semua arah kecuali ke arah istana presiden yang terletak tidak jauh dari posisi pos pemantau ini. Tujuan utamanya jelas untuk menghindari adanya mata-mata yang ingin berbuat sesuatu terhadap istana presiden tersebut. Setelah menempuh perjalanan kurang lebih setengah jam, akhirnya saya sampai di puncak dimana disana sudah banyak para pendaki mulai dari anak kecil sampai orang lanjut usia sedang beristirahat disana. Dari pengalaman saya mendaki gunung di Korea, puncak gunung selalu ditandai dengan adanya sebuah batu besar hitam dengan tulisan ketinggian gunung tersebut dan juga sebuah bendera Korea Selatan.
Pemandangan benteng Seoul dan jalan menuju puncak gunung Inwangsan
Setelah beristirahat cukup, saya melanjutkan perjalanan untuk turun dari gunung namun kali ini saya menempuh jalur yang berbeda dengan yang sebelumnya untuk bisa mendapatkan pemandangan yang berbeda pula. Ketika turun memakai jalur turun ini, saya juga bertemu dengan banyak orang yang ingin mencapai puncak bahkan ada sebuah grup yang terdiri dari bapak-bapak dan ibu-ibu dengan pakaian khas mendaki di Korea yang sibuk melakukan foto dengan hebohnya. Ternyata kekinian tidak hanya dilakukan oleh anak muda Korea namun bapak ibu sekalipun tidak jauh berbeda. Jika sebelumnya sepanjang perjalanan saya menemui benteng yang sudah direnovasi dan bersifat modern, melalui jalur turun ini saya menemukan benteng Seoul dengan wujud aslinya yaitu berupa tumpukan bebatuan tanpa ada balutan semen modern. Hal ini menjadi saya tarik tersendiri bagi para pendaki yang ingin merasakan bagaimana wujud Korea pada jaman kerajaan dahulu. Perjalanan turun ini lebih cepat dari pendakian sebelumnya dan perjalanan saya ini semakin dekat dengan bukit persis di belakang istana presiden Korea yang juga merupakan bagian dari Taman Nasional Gunung Bukhansan.
Benteng Seoul peninggalan kerajaan Korea pada masa dinasti Joseon di Inwangsan
Akhirnya, saya sampai di akhir jalan turun dari jalur menuju puncak gunung Inwangsan dan menemukan sebuah taman yang sangat asri dikelilingi rumah-rumah berbentuk villa. Ternyata benteng Seoul masih berlanjut disini namun dengan tinggi yang lebih rendah jika dilihat dari posisi dalam bentengnya. Disinilah saya menemukan tanpa sengaja sebuah pohon yang sepertinya pernah saya liat di sebuah drama Korea. Setelah saya ingat-ingat ternyata pohon ini pernah dijadikan sebagai tempat syuting drama Fated to Love You yang pernah tayang di televisi nasional MBC Korea pada tahun 2014 yang lalu. Pohon ini dijadikan lokasi untuk mengubur kenangan masa lalu dan ternyata taman asri yang saya temui sebelumnya juga digunakan untuk syuting adegan pernikahan antara Jang Hyuk dan Jang Nara.
Pohon yang pernah menjadi lokasi syuting drama Korea Fated to Love You
Karena sudah kebelet untuk buang air kecil akhirnya saya berusaha mencari jalan pulang dengan mengikuti para orang tua yang juga ramai pulang setelah mendaki gunung. Setelah keluar taman, saya menemukan tempat pemberhentian bus menuju stasiun subway di dekat istana Gyeongbokgung. Sepanjang perjalanan menuju stasiun, saya dapat melihat area belakang dan samping istana presiden Korea yang asri dan dijaga ketat oleh polisi keamanan Korea karena jalan besar yang dilalui bus berada tepat di samping pagar pembatas istana presiden. Okay, finally another mountain in Korea was done.
Tautan yang bermanfaat :